Senin, 28 September 2015

Bulimia Nervosa

Bulimia adalah kelainan pola makan yang sering terjadi pada wanita. Kelainan tersebut biasanya merupakan suatu bentuk penyiksaan terhadap diri sendiri. Yang paling sering dilakukan oleh lebih dari 75% orang dengan bulimia nervosa adalah membuat dirinya muntah, kadang-kadang disebut pembersihanpuasa, serta penggunaan laksatifenemadiuretik, dan olahraga yang berlebihan juga merupakan ciri umum.
Penyakit Bulimia Nervosa, Penyebab, Gejala, Akibat serta Pengobatan  
Penyakit mental lainnya yang biasanya dialami oleh wanita, Bulimia atau juga dikenal dengan bulimia nervosa mempengaruhi sekitar 3% dari wanita di amerika Serikat. Bulimia adalah penyakit yang diakibatkan oleh psikologi pasien, yang mengakibatkan kelainan makan. Bulimia merupakan keadaan dimana seorang pasien makan secara berlebihan secara berulang-ulang (binge) dan kemudian kembali mengeluarkannya. Mengeluarkan makanan yang dimakan ini bisa melalui muntah yang biasanya diinduksi dengan obat pencahar, selain itu juga dengan mengeluarkannya lewat kencing dengan menggunakan obat diuretik.
Selain itu, selain makan berlebih, penderita bulimia juga cenderung diet sangat ketat dan juga olah raga yang berlebihan. Cirri khas penyakit bulimia sudah tentu kebiasaan mengeluarkan makanan yang dimakan dengan sangat cepat, sehingga sangat aneh bagi orang biasa kalau sehabis makan kembali memuntahkan makanannya.
Membersihkan atau memuntahkan makanan ini diperkirakan sebagai aksi untuk mengurangi rasa benci atau rasa bersalah karena sudah binge. Pasien berobsesi untuk membersihkan diri mereka dari makanan itu, sehingga makanan yang masuk tidak sempat terserap tubuh.
Seorang pasien penyakit bulimia dalam melakukan pesta makan ini, diduga terdorong oleh depresi atau stress terhadap sesuatu yang berhubungan dengan berat badan, bentuk badan ataupun makanan. Mereka menganggap, makan merupakan kegiatan paling menyenangkan dan bisa menghilangkan depresi. Namun kebahagiaan itu hanya berlangsung sementara karena akhirnya mereka kembali membenci makanan serta marah atas control diri terhadap pesta makan yang kurang. Kebencian ini membuat mereka terobsesi untuk membersihkan makanan tersebut dari tubuh.
Aksi pembersihan biasanya berlangsung seketika, namun pada beberapa penderita bulimia melakukan pembersihan pada beberapa periode setelahnya.
Sama halnya dengan anorexia, bulimia selalu berhubungan dengan control diet ataupun penurunan berat badan. Penderita bulimia biasanya terlalu memperhatikan berat badan, selalu merasa kurang percaya diri dengan berat badan sehingga cenderung melakukan diet berlebih. Bedanya dengan penderita anorexia, penderita bulimia memiliki berat badan yang lebih stabil sehingga penyakit ini jarang diketahui oleh masyarakat umum.

Penyebab Bulimia
Bulimia merupakan salah satu kelainan mental, penyebab bulimia belum diketahui secara biologis. Namun karena ini berhubungan dengan behavioral health, maka para ahli meyakini ada beberapa factor yang bisa menyebabkan penyakit ini:
- masalah keluarga - perilaku maladaptif - pertentangan identitas diri - budaya yang terlalu menitikberatkan kepada penampilan fisik.
Masalah penampilan serta berat badan merupakan factor utama yang penyebab bulimia pada seorang wanita. Seorang penderita bulimia biasanya mempunyai ketahanan mental yang kurang, kurang percaya diri dan memiliki masalah dengan berat badan dan ini yang membuatnya menjadi terobsesi dengan penurunan berat badan. Hal-hal seperti di atas juga bisa menjadi akibat bulimia yang mengerikan.
Pengalaman mempunyai masalah dengan berat badan membuatnya selalu merasa gemuk. Hal ini mendorong diet yang tidak terkontrol, olah raga berlebih dan akhirnya menderita bulimia.
Penelitian baru menunjukan bahwa kelainan mental ini juga disebabkan oleh proses kimiawi yang ada di dalam otak. Para ahli menduga bahwa kelainan neurotransmitter dalam otak, utamanya neurotransmitter serotonin merupakan pemicu terjadinya penyakit bulimia nervosa ini. Namun dugaan awal ini masih belum bisa dijelaskan secara spesifik karena kompleksnya penyakit.
Gejala Bulimia
Seperti yang dijelaskan di atas, binge merupakan gejala utama dari bulimia. Binge bulimia ini akan diikuti dengan muntah, diet yang ketat serta olah raga berlebihan.
Namun untuk mendeteksi gejala bulimia dalam kehidupan sehari-hari sangatlah susah. Proses makan berlebihan terkadang adalah hal umum dalam masyarakat. Makan merupakan kegiatan yang menyenangkan, bisa menghilangkan stres atau depresi. Selain itu, setiap orang juga memiliki nafsu makan berbeda, sehingga makan dengan jumlah banyak tersebut kadangkala adalah hal yang normal.
Selain itu, penderita bulimia tidak selalu kurus. Bisa saja memiliki berat badan normal atau malah gemuk. Namun ada beberapa pertanda yang bisa dianggap sebagai gejala bulimia, yaitu:
   Selalu ke kamar mandi setelah makan untuk muntah (tentu saja dilakukan berkali-kali)
   Olah raga berlebih.
   Terjadi perubahan seperti pipi atau rahang yang bengkak, pecahnya pembuluh darah di mata, rusaknya lapisan email gigi sehingga gigi yang Nampak jelas.
   Terlalu terbelenggu dengan urusan berat ataupun bentuk badan.

Diagnosis bulimia
Sama halnya dengan anoreksia, diagnosis untuk penyakit bulimia susah karena ini menyangkut masalah perilaku yang bisa saja disangkal oleh penderita. Namun sebagai dasar bagi dokter untuk mendiagnosa penyakit ini, ada lima criteria dasar yang bisa dipakai sebagai patokan.
   Pesta makan yang terjadi berulangkali. Hal ini ditandai dengan porsi yang sangat banyak dan di luar porsi normal makan seorang manusia dalam jangka waktu dua jam.
   Merasa tidak bisa berhenti makan dalam satu periode.
   Perilaku yang menyimpang untuk mengurangi berat badan secara ekstrim dan berlebihan, seperti muntah, penggunaan obat pencahar dan diuretic, puasa ataupun olah raga berlebihan.
   Pesta makan serta perilaku penurunan badan yang ekstrim terjadi minam dua kali dalam seminggu selama jangka waktu tiga bulan.
   Rasa yang tidak pernah puas terhadap bentuk tubuh yang dimiliki.

Akibat dan Bahaya Bulimia terhadap Kesehatan
Bahaya bulimia ini disebabkan oleh perilaku makan berlebihan dan kemudian membersihkannya yang terjadi secara berulang. Berbagai macam organ akan rusak akibat pembersihan secara ekstrim ini, seperti
   pembengkakan kelenjar ludah di pipi
   Jaringan parut di buku jari tangan yang digunakan untuk merangsang muntah
   Pengikisan email gigi akibat bulimia yang sering muntah dan mengeluarkan asam lambung
   Kadar kalium yang rendah dalam darah.
   Gigi sensitive terhadap panas atau dingin
   Masalah pada kelenjar ludah yang berupa rasa nyeri atau pembengkakan
   Paparan asam lambung berlebih pada kerongkongan bisa menyebabkan borok, pecah atau penyempitan.
   Terganggunya proses pencernaan akibat pencahar, bisa mengakibatkan disfungsi organ pencernaan .
   Ketidakseimbangan cairan tubuh akibat stimulus zat diuretic secara berlebih.

Akibat bulimia juga terjadi pada kehidupan social, penderita bulimia cenderung akan bermasalah dalam hal sosialisasi lingkungan, bersifat impulsive, seringkali merasa stress atau depresi dan menyalahgunaan alcohol atau obat-obatan.
Pengobatan Bulimia
Terdapat 2 pendekatan yang dilakukan untuk mengobati bulimia:
Terapi
Terapi bulimia nervosa terdiri dari berbagai intervensi, termasuk psikoterapi individual dengan pandekatan kognitif perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga dan farmakoterapi. (1,2)

a. Psikoterapi
Ada tiga langkah mengatasi Bulimia Nervosa, yaitu :
1. Memberi kepercayaan kepada pasien sehingga pasien mau bekerjasama dalam pengobatan.
2. Menghentikan kebiasaan makan yang salah dan episode muntah serta diare.
3. Mempertahankan dan mendorong pasien kepada kondisi yang lebih baik, oleh karena kambuh kembali sangat besar.

1). Memastikan kerjasama dari pasien.
Pasien bulimia nervosa biasanya terlihat begitu antusias untuk menjalankan pengobatan. Namun kenyataannya dia cenderung menggunakan caranya sendiri dan tetap berusaha mempertahankan kebiasaannya. Jadi sebelum pengobatan sang dokter harus memberikan kepercayaan dan meyakinkan pasien tentang pengobatan yang akan dijalaninya.

2). Mengontrol kebiasaan makan dan muntah yang dibuatnya sendiri.
Hal ini dapat dilakukan dengan membatasi jumlah dan jenis makanan pasien bulimia nervosa. Namun sedikit sulit bila pasien tinggal dirumah tanpa pengawasan.

3). Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan keadaan yang sudah membaik :
Setelah pengobatan biasanya pasien akan mengulangi kebiasaannya untuk makan lagi, maka kita jangan menentangnya, tapi kita anggap bahwa hal itu merupakan respon yang fisiologis.
Agar pasien mau makan, maka kita katakana kepadanya bahwa rasa lapar yang timbul itu, karena tubuhnya memerlukan nutrisi.

Kalau pengobatan berhasil, maka pasien akan mengurangi ketergantungan terhadap kebiasaan jeleknya dan gejala depresinya akan teratasi, ini dapat berlangsung untuk beberapa bulan. Oleh karena kebiasaan makan yang jelek pada bulimua nervosa ini mudah berulang kembali, maka pengobatan yang paling efektif adalah dengan memberikan rasa percaya diri kepada pasien terhadap penampilan dan berat badannya. (1,2)

Farmakoterapi.
Antidepresan, termasuk tetrasiklik (Tofranil), serotonin spesipik re–uptake inhibitor (SSRI) yaitu fluoksetin (prozac) dan penghambat monoamin oksidase (MAOI) yaitu fenelzin (Nardil) bermanfaat untuk mengobati depresi pada bulimia nervosa. (3)
Semua obat itu digunakan sebagai bagian dari suatu program terapi yang menyeluruh dengan psikotherapi. Khusus bagi pasien dengan cemas dan agitasi dapat diberikan lorazepam (Ativan) 1-2 mg per oral atau IM. (3)

Epidemiologi (Data Perubahan pola penyakit dan Kematian di Indonesia

Nama             : Rizki Fauzia Devi
Nim                : 2013-32-036
EPIDEMIOLOGI

Data Penyebab kematian kasus rawat inap di Rumah Sakit dari tahun 2009-2010 pada Penyakit Tidak Menular : Kanker, Diabetes Melitus, Jantung, Hipertensi, PPOK, Asma dan stroke.
Sumber: Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Tahun 2010-2011 Adalah sebagai berikut :


Tahun

 Nama Penyakit
2009
2010
Kanker
4.95
4.93
Diabetes Melitus
3.66
3.12
Jantung
9.49
8.01
Hipertensi
1.91
2.42
PPOK
1.35
1.33
Asma
0.48
0.77
Stroke
4.56
2.71

Berikui ini Diagram Column Penyakit tidak menular :


 Kesimpulan :
Penyebab kematian kasus rawat inap pada penyakit tidak menular di Rumah Sakit dari tahun 2009-2010, sebagai berikut : Penyakit Jantung menjadi penyebab utama kematian terbanyak pada tahun 2009 dan 2010, diikuti oleh Kanker.
Sedangkan pada penyakit Asma dan Hipertensi merupakan penyakit yang persentase kematiannya terhadap seluruh pasien mati dirawat inap yang meningkat dari tahun 2009-2010. Sedangkan PPOK, Strok, Jantung, Diabetes Melitus dan Kanker persentasenya menurun dari tahun 2009-2010

Daftar Pustaka :